Senin, 05 Desember 2011

Jangan Sakiti Aku

aku..
seorang yang sering berjalan di tengah malam..
memandang redup nan indah kehidupan..
bermunajat atas cinta dan ketakutan..
akankah jalan ini terang walau hanya dengan lampu sang kunang-kunang..
atau jalan ini akan semakin redup oleh pekat hitamnya larut tertelan rembulan kelam..
aku masih bisa merasakan keindahan..
aku masih bisa menemui keraguan..
aku juga masih tau tentang sakit..

Jangan sakiti aku..
dsebelum darah ini benar-benar membeku

Cinta Dalam Hati

Saat mentari mulai memancarkan sinarnya, ayam-ayam jantan yang berkokok saling bersahutan, dan burung- burung yang berkicau bersama pasangannya kemudian di saat bersamaan terdengar suara yang membangunkanku dari tidur.
Dasar…pemalas ! “ Do, ayo bangun ini sudah pukul 6, nanti kamu telat ke sekolah !” suara ibu sambil mengetuk pintu kamarku.
“Ya, bu. Aldo tau . Lagian sekarang Aldo udah bangun kok !” jawabku sambil merapikan tempat tidur
Ibuku memang sangat perhatian dengan aku. Sejak Ayah meninggal dunia, ibu menjadi tulang punggung keluarga, aku yang merupakan anak satu-satunya, sangat diharapkan oleh ibuku agar nantinya dapat menjadi orang yang berguna.
“ Wah, ada sms masuk nih !” kataku sambil memegang Handphone.
Rupanya pesan singkat tersebut dari Bayu yang ingin menjemputku untuk barengan pergi ke sekolah. Bayu yang nama aslinya Bayu Santoso adalah teman karibku sejak kecil. Setelah lulus SD, dia harus ikut orang tuanya ke Jakarta, maklum Bapaknya adalah seorang polisi yang dipindahtugaskan ke suatu tempat di Ibukota. Dan sekarang Bayu telah kembali ke Banjarmasin dan satu SMA denganku.
“ Oke, Fren ! ku tunggu kedatanganmu. Jangan sampai telat, ya?” begitulah pesan singkat yang ku balas pada sohibku itu.
“ Aku harus buru-buru mandi dan sarapan nih, nanti keburu dijemput Bayu.” kataku sambil mengambil handuk.
“ Assalaamu’alaikum.” terdengar suara Bayu dari depan rumah.
“ Wa’alaikummussalaam.” jawab ibu sambil membuka pintu.
“ Oh, nak Bayu, mari masuk kedalam, Aldonya lagi sarapan.”
Setelah selesai sarapan, aku pun langsung menemui Bayu dan kami pun berpamitan dengan ibu untuk berangkat ke sekolah.
***
Setiba di Sekolah, kami berdua langsung menuju kelas. Kelas kami terletak paling ujung dan di depan kelas terdapat taman-taman yang indah disertai pohon-pohon besar yang membuat teduh ketika kami duduk-duduk di bangku panjang yang telah tersedia.
“ Kelihatannya, teman-teman udah pada datang, Do!”
“ Iya, aneh. Biasanya jam segini, kelas masih sepi, tapi hari ini, teman-teman udah pada ngumpul !” jawabku dengan penuh keheranan.
“ mungkin ada pe-er yang belum mereka kerjakan, kan hari ini terakhir kumpul pe-er cerpennya, tau sendiri kan kalau ibu. Dyah itu galaknya minta ampun, kalau sampai ada yang enggak ngerjakan, bisa-bisa malah dikeluarin dari kelas.” kata Bayu dengan yakin.
“ Ngomong-ngomong, kamu udah gak ngerjakan tugasnya?” tanyaku pada Bayu.
“ Iya, iyalah ! tau sendiri kan kalau nulis cerpen itu hobiku.” jawab Bayu dengan penuh percaya diri.
Bel tanda masuk pun berbunyi, semua siswa harus masuk ke kelasnya masing-masing.
“ Waduh, gimana nih. Pe-er ku belum selesai.” kata seorang temanku bernama Wawan dengan perasaan panik.
“ Aldo ! bisa lihat tugasmu gak?” tanya Wawan kepadaku.
“ Gak bisa, inikan pe-er cerpen, jadinya gak boleh sama, beda kalau pe-er Matematika, baru boleh sama.” jawabku dengan berani.
Tak lama kemudian, ibu Dyah yang terkenal galak itu pun datang dan memasuki kelas.Tapi yang membuatku terkejut bahkan semua teman sekelasku juga. Kami tidak hanya terkejut tetapi juga terpana melihat seorang gadis cantik yang sebaya dengan kami memasuki kelas bersama Bu guru.Wajah gadis itu bagaikan seorang Bidadari yang turun dari langit.
“ Perkenalkan, ini ada murid baru di kelas kalian.” kata Bu guru kepada kami semua.
“ Wah cantiknya, siapa sih namanya, perkenalkan diri ke kita-kita donk !” seru Budi salah satu teman sekelasku yang rada cerewet.
“ Namaku Thania Lestari, panggil saja Nia, aku dari pindahan SMAN 1 Bandung.” katanya dengan suara yang lembut.
“ Nia, silahkan duduk di bangku yang kosong.” kata bu guru sambil menunjuk bangku yang kosong di sampingku.
Astaga, gadis cantik ini duduk di sampingku. Kataku dalam hati.
***
Sepulang sekolah, aku dan Bayu membicarakan murid baru dari pindahan Bandung tersebut.
“ Gimana, Do? Rasanya duduk bersebelahan dengan Nia?” tanya Bayu yang sepertinya mengejekku.
“ Biasa aja, lagi” jawabku seperti memikirkan sesuatu.
“ Oo..ya! kamu tau gak? kalau dia itu selain cantik juga cerdas, aku lihat dia tadi, dapat menyelesaikan soal-soal Fisika yang diberikan oleh pak guru, sampai-sampai pak guru bilang, kalau dia itu mungkin akan menjadi salah satu murid yang berprestasi di kelas ini. Betul-betul gadis yang sempurna.”
“ Kamu naksir ya, sama dia?” Tanya Bayu sepertinya mengejekku lagi.
“ Mana mungkin aku naksir dia, aku kan baru kenal, jadi gak tau gimana pribadinya.”
Padahal dalam lubuk hatiku yang terdalam, aku langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Wajahnya selalu terbayang olehku. Rambutnya yang hitam legam panjang sebahu, dan matanya yang hitam bersinar, tingginya yang semampai bak seorang model, dan senyumnya begitu ramah dan sangat menarik…! Tidak bukan cuma itu saja, kecerdasannya yang makin menambah nilai plus bagiku. Belum pernah, aku menemukan gadis yang sempurna seperti ini. Dan aku bertekad akan mengutarakan isi hatiku ini padanya.
***
Pagi harinya, aku pun bangun lebih awal dari biasanya dan lebih bersemangat untuk ke sekolah. Maklum, aku ingin kenal lebih dekat dengannya.
Ketika aku sudah tiba di sekolah, betapa terkejutnya aku, melihat sosoknya duduk sendirian di bangku panjang depan kelas. Akupun tak habis pikir, kenapa dirinya, pagi-pagi begini sudah berada di sekolah padahal aku sudah berusaha datang lebih awal daripada dia. Dan sesuatu yang tak terduga terjadi, dia menatapku dan memberi senyumannya yang begitu manis, hatiku langsung berdetak kencang di buatnya dan mau tak mau, aku harus membalas senyuman itu. Aku pun langsung meletakkan tas yang ada di pundakku dan segera menemuinya. Aku berharap, aku harus membuatnya jatuh hati padaku dan salah satu jalannya aku harus lebih dekat dengannya.
“ Nia, hebat, kamu pagi-pagi gini, udah ada di sekolah.” kataku sambil duduk disebelahnya.
“ Oh, biasa aja lagi, aku udah biasa seperti ini di sekolah lamaku untuk selalu datang lebih awal, lagian kan lebih awal tiba di sekolah, lebih baik daripada datang telat, nanti malah dihukum lagi.”
“ Ngomong-ngomong, teman-teman belum pada datang. Kenapa, ya?” tanyanya keheranan.
“ Wah, ini memang udah kebiasaan teman-teman kalau ke sekolah selalu saja hampir telat malah ada yang sebagian yang dihukum oleh guru, gara-gara datang ke sekolah ketika jam dinding udah menunjukkan pukul setengah delapan lewat.”
“ Hukumannya seperti apa?” tanya Nia sambil memandang wajahku.
“ Hukumannya macam-macam, ada yang disuruh memungut sampah, membersihkan Wc, dan yang paling beratnya, malah ada yang sampai dipulangkan.” jawabku sambil tertawa kecil.
Tak lama kemudian, teman-teman sudah mulai berdatangan dan kami pun segera masuk ke kelas untuk mempersiapkan pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.
***
Beberapa minggu kemudian, kami berdua makin dekat dan inilah momen yang tepat untuk mengutarakan isi hatiku ini padanya. Aku berniat, sehabis pulang sekolah nanti akan melaksanakan rencanaku tersebut. Akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggu tiba, bel pulang telah berbunyi tapi aku melihat dia tergesa-gesa meninggalkan kelas, akupun mengikuti dia, kemudian aku melihat dia sedang menuju kelas XII IPS 2 yang letaknya persis disebelah kelasku, tapi betapa terkejutnya aku, ketika yang ingin dia jumpai ternyata adalah Edo, salah satu anak terkaya di sekolah ini dan juga sering memberikan bantuan dana kepada sekolah. Akupun terdiam seribu bahasa dan berpikir, memang Nia lebih cocok dengan Edo daripada denganku. Aku hanya bisa memendam perasaanku padanya dalam hati.
“ Hai, Do! Kenapa bengong? Ayo kita pulang!” kata Bayu sambil menepuk pundakku.
“ Eh.. kamu, yu.” kataku kaget.
Hari ini, aku bisa ikut bonceng denganmu, gak? tanyaku meminta pada Bayu.
“ Iya, iyalah ! kitakan sahabat
Akupun sadar kalau selama ini, telah memikirkan hal yang sia-sia belaka.

Kasih Sayang Seorang Ibu

Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.
Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.
Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.
Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.
Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?”
Sebagai balasannya, kau jawab, “Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”
Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan, “Aku tidak ingin seperti Ibu.”
Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.
Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.
Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh, “Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?”
Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai pernikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.
Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,”Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!”
Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab, “Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.”
Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.
Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.
JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU.

Cobalah Untuk Merenung

Sediakan beberapa menit dalam sehari untuk melakukan perenungan. Lakukan di pagi hari yang tenang, segera setelah bangun tidur. Atau di malam hari sesaat sebelum beranjak tidur. Merenunglah dalam keheningan. Jangan gunakan pikiran untuk mencari berbagai jawaban. Dalam perenungan anda tidak mencari jawaban. Cukup berteman dengan ketenangan maka anda akan mendapatkan kejernihan pikiran. Jawaban berasal dari pikiran anda yang bening. Selama berhari-hari anda disibukkan oleh berbagai hal. Sadarilah bahwa pikiran anda memerlukan istirahat. Tidak cukup hanya dengan tidur. Anda perlu tidur dalam keadaan terbangun. Merenunglah dan dapatkan ketentraman batin. Pikiran yang digunakan itu bagaikan air sabun yang diaduk dalam sebuah gelas kaca. Semakin banyak sabun yang tercampur semakin keruh air. Semakin cepat anda mengaduk semakin kencang pusaran. Merenung adalah menghentikan adukan. Dan membiarkan air berputar perlahan. Perhatikan partikel sabun turun satu persatu, menyentuh dasar gelas. Benar-benar perlahan. Tanpa suara. Bahkan anda mampu mendengar luruhnya partikel sabun. Kini anda mendapatkan air jernih tersisa di permukaan. Bukankah air yang jernih mampu meneruskan cahaya. Demikian halnya dengan pikiran anda yang bening.